Tell me why this is so complicated? Inikah caramu membuatku kesakitan? Sengajakah?
Tiba-tiba saja kamu memenuhi memori otakku, hingga menelusupkan sebuah rasa yang kurasa terlalu cepat terjadi. Entah kenapa tiba-tiba saja kamu yang selalu kuharapkan hadir dalam hariku. Aku tak tahu jika kamu seketika bisa menguasai pikiranku, hingga hatiku pun kamu kuasai. Semua terjadi dengan cepat, dan aku bahkan tak sempat menghitung lajunya. Aku bertemu denganmu, mengenalmu, lalu mencintaimu. Mungkin kamu berpikir ini sederhana, tapi nyatanya tidak untukku.
Aku tak pernah berpikir bahwa aku akan seberat ini kehilangan kamu. Ya, mungkin aku yang terlalu bodoh terlalu mengharapkanmu. Hatimu yang beku tak pernah berhasil cair. Kau pura-pura tidak peka atau pura-pura tidak peduli, entah.
Aku tidak bisa melupakanmu... Sorot matamu yang bisa langsung menghilangkan semua kesedihanku. Senyummu yang membuatku bahagia. Ya, sesederhana itu caraku bahagia, hanya dengan melihat senyummu.
Dulu, begitu mudah untuk berbicara denganmu. Kamu selalu ada untukku. Tapi entah mengapa sekarang sulit sekali bertemu. Untuk sekedar bercerita, berdua saja sangat sulit. Apakah kamu sengaja ingin menjauhi?
Menyebalkan sekali, aku acapkali tak mengerti jalan pikirmu. Kamu sangat sulit kutebak, kamu seperti puisi yang memiliki banyak tafsiran. Sedetik mendekat, dan pada detik berikutnya menjauh. Itulah kamu, yang selalu menarik ulur hatiku. Itukah caramu bahagia, dengan menyakitiku? Kumohon, bentaklah aku, sadarkanlah aku bahwa kamu memang tak pernah menyayangiku. Jika memang semua yang kureka benar adalah hal yang salah dimatamu. Tolong kembalikan aku kemasa yang dulu, jauh sebelum masa aku mengenalmu.
Untukmu, yang mulai sengaja melupakanku.
Kartasura, saat hujan mulai membasahi tanah yang telah lama kering.
Tiba-tiba saja kamu memenuhi memori otakku, hingga menelusupkan sebuah rasa yang kurasa terlalu cepat terjadi. Entah kenapa tiba-tiba saja kamu yang selalu kuharapkan hadir dalam hariku. Aku tak tahu jika kamu seketika bisa menguasai pikiranku, hingga hatiku pun kamu kuasai. Semua terjadi dengan cepat, dan aku bahkan tak sempat menghitung lajunya. Aku bertemu denganmu, mengenalmu, lalu mencintaimu. Mungkin kamu berpikir ini sederhana, tapi nyatanya tidak untukku.
Aku tak pernah berpikir bahwa aku akan seberat ini kehilangan kamu. Ya, mungkin aku yang terlalu bodoh terlalu mengharapkanmu. Hatimu yang beku tak pernah berhasil cair. Kau pura-pura tidak peka atau pura-pura tidak peduli, entah.
Aku tidak bisa melupakanmu... Sorot matamu yang bisa langsung menghilangkan semua kesedihanku. Senyummu yang membuatku bahagia. Ya, sesederhana itu caraku bahagia, hanya dengan melihat senyummu.
Dulu, begitu mudah untuk berbicara denganmu. Kamu selalu ada untukku. Tapi entah mengapa sekarang sulit sekali bertemu. Untuk sekedar bercerita, berdua saja sangat sulit. Apakah kamu sengaja ingin menjauhi?
Menyebalkan sekali, aku acapkali tak mengerti jalan pikirmu. Kamu sangat sulit kutebak, kamu seperti puisi yang memiliki banyak tafsiran. Sedetik mendekat, dan pada detik berikutnya menjauh. Itulah kamu, yang selalu menarik ulur hatiku. Itukah caramu bahagia, dengan menyakitiku? Kumohon, bentaklah aku, sadarkanlah aku bahwa kamu memang tak pernah menyayangiku. Jika memang semua yang kureka benar adalah hal yang salah dimatamu. Tolong kembalikan aku kemasa yang dulu, jauh sebelum masa aku mengenalmu.
Untukmu, yang mulai sengaja melupakanku.
Kartasura, saat hujan mulai membasahi tanah yang telah lama kering.